3.6. PERTIMBANGAN MEREKA YANG AKTIF DALAM SOAL-SOAL ISLAM • SELAWAT KEPADA NABI • MENANGKIS KECAMAN

PENGANTAR CETAKAN KEDUA
[Tulisan 6 Dari 9]

PERTIMBANGAN MEREKA YANG AKTIF DALAM SOAL-SOAL ISLAM
Baiklah sekarang saya pindah kebahagian lain dalam tinjauan ini. Sesudah cetakan pertama buku ini terbit, beberapa kalangan Islam yang aktif dalam bidang pengetahuan agama, memberikan pula pendapatnya.

Menurut hemat saya kecaman-kecaman rendah semacam ini, yang tak dapat diterima oleh ilmu pengetahuan, hendaknya tidakkan berulang lagi. Terhadap kaum Orientalis barangkali masih dapat dimaafkan, terutama atas tindakan mereka yang sebelum itu memang sangat berlebih-lebihan. Mereka merasa, bahwa mereka menulis buat orang-orang Kristen Eropa. Dengan demikian pada waktu itu mereka telah menjalankan suatu tugas nasional atau tugas agama. Mereka didorong oleh keyakinan mereka, dengan memperkosa ilmu pengetahuan sebagai alat dalam melaksanakan tugasnya itu.

Tetapi sekarang, dengan adanya komunikasi via telegram dan radio, via pers dan mass media lainnya ke seluruh penjuru dunia, segala apa yang diterbitkan atau diucapkan orang di Eropa atau di Amerika sudah dapat ditangkap hari itu atau saat itu juga di negeri-negeri lain di Timur. Mereka yang ingin memperoleh pengetahuan dan kenyataan sebenarnya, seharusnya segala kabut nasional, rasial dan agama disingkirkan dari depan mata dan dari dalam hati mereka. Mereka hendaknya dapat memperkirakan bahwa apa yang mereka katakan atau mereka tulis, akan secepatnya diketahui oleh semua orang. Di segenap penjuru bumi orang akan mengujinya dan menerima dengan sikap kritis. Biarlah, kebenaran yang sebenarnya tidak terikat oleh apapun itulah yang akan menjadi pedoman kita semua. Kita arahkan semua perhatian kita pada suatu ikatan masa lampau dan masa datang umat manusia, bahwa itu adalah suatu kesatuan keluarga besar yang mengarah kepada pelaksanaan tujuan yang lebih tinggi, yang dinanti-nantikan oleh segenap manusia sejak pertumbuhannya yang pertama; suatu ikatan persaudaraan yang merdeka di bawah naungan kebenaran dan keindahan. Inilah satu-satunya ikatan yang akan menjamin tercapainya tujuan umat manusia dalam peredaran sejarahnya yang begitu pesat ke arah kebahagiaan dan kesempurnaan itu.

Sementara ada orang-orang yang begitu percaya pada apa yang dilontarkan oleh kaum Orientalis secara berlebih-lebihan itu menyalahkan kami, karena kami katanya begitu terikat dan berpegang pada sumber-sumber berbahasa Arab, maka mereka yang aktif dalam bidang pengetahuan agama Islam juga menyalahkan kami, karena kami katanya terlalu berpegang pada pendapat-pendapat kaum Orientalis; bahwa kami katanya tidak memperhatikan segala yang diceritakan oleh buku-buku hadis bertalian dengan sejarah hidup Nabi dan bahwa kami tidak memakai cara seperti yang ada dalam buku-buku sejarah lama itu.

Atas dasar ini sebagian mereka telah mengemukakan pendapat-pendapat, yang kebanyakannya disampaikan dengan cara yang lemah-lembut dan baik sekali dengan tujuan hendak mencari kebenaran. Sebagian lagi, karena keras kepala atau bodoh, tidak mau mengalah kepada yang lebih berpengetahuan. Adapun mereka yang memberikan kritik dengan lemah-lembut, kebanyakan dititik beratkan pada, bahwa apa yang diterangkan dalam buku-buku sejarah dan Hadis Nabi tentang mujizat-mujizat, tidak ada kami sebutkan. Bahkan kami sebutkan pada penutup cetakan pertama: “Sejarah hidup Muhammad adalah sejarah hidup manusia yang telah sampai ke puncak tertinggi yang pernah dicapai seorang manusia. Pada waktu itu Muhammad s.a.w. suka hati karena kaum Muslimin menghargainya sebagai manusia biasa seperti mereka, hanya diberi wahyu. Ia tidak suka apabila ia akan dihubung-hubungkan kepada sesuatu mujizat selain Qur’an. Hal ini dinyatakannya kepada para sahabat.” Pada bahagian cerita membelah dada ada kita katakan:

“Dengan demikian apa yang diminta oleh kaum Orientalis dan pemikir-pemikir Muslim dalam hal ini ialah bahwa peri hidup Muhammad sifatnya adalah manusia semata-mata dan bersifat peri kemanusiaan yang luhur. Dan untuk memperkuat kenabiannya itu memang tidak perlu harus bersandar kepada hal-hal yang biasa dilakukan oleh orang-orang yang suka kepada yang ajaib-ajaib. Dengan demikian mereka beralasan sekali menolak tanggapan penulis-penulis Arab dan kaum Muslimin tentang peri hidup Nabi yang tidak masuk akal itu. Mereka berpendapat, bahwa apa yang telah dikemukakan itu tidak sejalan dengan yang diminta oleh Qur’an, yakni supaya merenungkan ciptaan Tuhan, dan bahwa undang-undang Tuhan takkan ada yang berubah-ubah. Jadi tidak sesuai dengan ekspresi Qur’an tentang kaum musyrik yang tidak mau mendalami dan tidak mau mengeti juga.”


Mereka yang mengkeritik saya dengan cara lemah-lembut itu di antaranya ada juga yang menyalahkan, karena saya mengambil kecaman-kecaman kaum Orientalis terhadap Nabi itu sebagai pengantar untuk menyanggah mereka, sedang bunyi kecaman itu menurut hemat mereka tidak sesuai dengan penghargaan dan penghormatan yang harus mereka berikan kepada Nabi a.s. Adapun mereka yang cuma memaki-maki sudah memang ada sebelum cetakan pertama buku ini terbit, dan sebelum pembahasan ini dikumpulkan menjadi buku.

SELAWAT KEPADA NABI
Dalam menyalahkan saya yang paling keras mereka lakukan ialah karena pembahasan saya ini saya beri judul Sejarah Hidup Muhammad tanpa saya berikutkan ucapan sallallahu ‘alaihi wasallama (s.a.w.), ucapan Salam dan Selawat kepada Rasulullah, sekalipun sambil tulisan ini berjalan sudah beberapa kali saya sebutkan. Saya rasa mereka baru reda dari memaki-maki itu sesudah pada judul cetakan pertama saya hiasi dengan ayat Qur’an: “Allah dan para malaikat memberikan rahmat kepada Nabi. Orang-orang beriman, berikanlah selawat dan salam kepadanya” (Qur’an, 33: 56) dan sesudah buku ini mengemukakan sejarah hidup Nabi dengan metoda seperti apa adanya sekarang.

Akan tetapi mereka masih bersikeras juga dengan pendirian mereka itu. Dengan begitu, dengan sikap keras kepala dan kebodohan mereka tentang esensi Islam itu menunjukkan, bahwa mereka sudah cukup merasa puas hanya dengan ikut saja apa yang mereka terima dari nenek-moyang dahulu kala.

Baik kita mulai sekarang dengan menyanggah pandangan yang salah ini dengan harapan tidak akan terulang lagi dilakukan orang, baik oleh pihak bersangkutan di atas atau oleh pihak lain dalam menanggapi buku apapun yang terbit. Kita mulai sanggahan ini dengan kembali kepada buku-buku kaum cendekiawan Islam terkemuka supaya orang mengetahui sampai di mana taraf ketinggian Islam itu, yang sebenarnya tidak terbatas hanya pada kata-kata saja, melainkan sudah dapat menempatkan nilai hadis: “Bahwasanya agama ini kukuh sekali. Tanamkanlah dalam-dalam dengan lemah-lembut. Sebenarnya orang yang terputus dalam perjalanan takkan mencapai tujuan, binatang bebanpun binasa.” Dalam Kulliat-nya Abu’l-Baqa’ menerangkan, bahwa “penulisan ash-shalat (s.a.w.) dalam buku-buku dahulu terjadi pada masa kekuasaan Abbasia. Oleh karena itu, yang ada dalam kitab-kitab Bukhari dan yang lain tidak mempergunakan kata-kata itu.” Para Imam sebagian besar sepakat, bahwa Selawat kepada Nabi cukup sekali saja diucapkan orang selama hidupnya. Ibn Najm dalam Al-Bahru’r Ra’iq menyebutkan: “Perintah dalam firman Tuhan ‘ucapkan selawat dan salam kepadanya’ kewajibannya berlaku sekali saja selama hidup, baik dalam sembahyang atau di luar itu. Tentang ini tak ada perselisihan pendapat.”

Adanya perbedaan pendapat antara Syafi’i dan yang lain tentang kewajiban mengucapkan selawat kepada Nabi, berlaku selama dalam sembahyang, bukan di luar itu. Selawat ialah doa, artinya mudah-mudahan Allah memberi rahmat dan salam kepada Nabi.”

Demikian sumber para Imam dan ulama Islam menyebutkan mengenai masalah ini. Adanya dugaan bahwa mengucapkan selawat kepada Nabi pada setiap menyebutkan dan menuliskan namanya merupakan suatu keharusan menunjukkan, bahwa dalam hal ini mereka bersikap sangat berlebih-lebihan. Akibat dari kesalahan mereka itu, maka mereka yang mengikutinya akan salah pula jika mereka mengetahui apa yang sudah kita sebutkan tadi. Ahli-ahli hadis terkemuka tidak menuliskan kata-kata selawat itu dalam kitab-kitab mereka yang mula-mula.

MENANGKIS KECAMAN
Mereka yang berpendapat bahwa tidak selayaknya menyebutkan kecaman-kecaman kaum Orientalis dan misi penginjil terhadap Nabi yang mulia ini sebagai pendahuluan untuk menyanggah mereka, pendapat ini tidak punya dasar selain dan pada rasa sentimen keislaman yang mereka agung-agungkan. Sedang dari segi ilmu dan agama, dasarnya tidak ada. Apa yang dikatakan kaum musyrik tentang Nabi, Qur’an menyebutkannya, lalu menyanggahnya dengan argumen yang kuat. Jadi, moral Qur’an adalah moral yang lebih sesuai dan tinggi adanya. Qur’an menyebutkan tuduhan Quraisy terhadap Muhammad sebagai tukang sihir dan gila: “Kami mengetahui benar, bahwa mereka berkata: ‘Hanyalah seorang manusia yang mengajarkannya.’ Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan itu adalah bahasa asing, sedang ini adalah bahasa Arab yang jelas sekali” (Qur’an 16: 103). Hal semacam ini sering sekali ter]adi.

Selanjutnya alasan tuduhan mereka itu tidak akan dapat ditangkis secara ilmiah, kalau tidak disebutkan dan dicatat secara jujur dan teliti. Dengan buku ini saya mencoba mengemukakan pembahasan ilmiah guna mencari kenyataan ilmiah semata. Juga saya maksudkan supaya dibaca baik oleh kaum Muslimin atau bukan.

Hendaknya mereka semua dapat diyakinkan tentang kenyataan ilmiah ini. Hal ini baru akan tercapai bilamana pembahasannya benar-benar bersih dalam kecenderungannya mencari kebenaran itu, tidak terikat oleh apapun selain oleh kecenderungan tersebut, dan tidak pula ragu-ragu mengakui kebenaran itu dan manapun datangnya.


0 comments:

Post a Comment